Sejarah Desa Bonto Jai
Desa Bonto Jai pada awalnya hanya sebuah kampung kecil yang pada saat itu dikenal dengan nama Jannang Tino. Kepemimpinan Jannang Tino, telah dijabat oleh 5 orang Pemimpin Jannang antara lain :
- Tahun 1935 – 1940 dijabat oleh Jannang RUKKA
- Tahun 1940 – 1942 dijabat oleh Jannang SAU’
- Tahun 1942 – 1953 dijabat oleh KR. MALLEWANG
- Tahun 1953 – 1960 di Jabat oleh KR. SYAMSU
- Tahun 1960 – 1966 di jabat oleh HALE’ DG. BETA
Pada pemerintahan pertama sampai pemerintahan ketiga keadaan pemerintahan tidak stabil karena terjadi peperangan dan revolusi fisik, apalagi daerah Tino pada saat itu merupakan daerah pertemuan sekaligus persembunyian baik bangsa belanda maupun jepang karena berada diperbatasan Jeneponto.Ketika KR. SYAMSU menjabat Jannang dan HALE’ DG. BETA sebagai wakil Jannnang sedikit sudah mulai ada perubahan di antaranya :
- Perintisan Jalan Tino - Mattoanging
- Penghasilan Masyarakat Sudah agak membaik
- Perumahan sudah mulai di tata dan diatur
Pada pemerintahan ini pula diputuskannya satu keputusan adat/ tradisi yaitu :
- Adat 12 kayu lompoa (Ganrrangtallu), pamanca, yang dilakukan pada saat akan panen dan sesudah panen. Demikian juga pada acara pernikahan yang diperuntukkan buat keturunan Dengan harapan panen bisa berhasil dan sepasang suami istri, anak-anak dan cucunya bisa senangtiasa berbahagia dan disegani.
- Accera’ memotong ayam disawah yang terluas (Galung Pa’kajangnangan) dilakukan pada saat para petani menabur benih sebelum dan sesudah ditanam, dengan maksud untuk menolak seluruh hama perusak dan hasilnya meningkat.
- Proses maulid disebarkan dengan beberapa tahapan seperti zikkiri’ bunga dan zikkiri’ lebba yang dilakukan selama tiga hari tiga malam.
- Appatutu, budaya yang dilakukan oleh masyarakat pada saat gerhana bulan
- Appakarena menuju batunu pada saat musim kemarau
Pada Tahun 1966-1968 istilah Jannang berubah menjadi Bori’ tapi tidak berlangsung lama. Istilah Bori kemudian berubah menjadi kelurahan yang bernama Kelurahan Bonto Manai hingga saat ini yang untuk pertama kalinya di pimpin oleh WAHID KALUKU kemudian dilanjutkan oleh KR. MARI’ Pada Tahun 1997 sampai 1999, Desa Bonto Jai Masih Berstatus Desa Persiapan hasil pemekaran dari Kelurahan Bonto Manai yang pada saat itu Drs. M. SYAHRUL TAHIR SILA ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng sebagai Kepala Desa Persiapan sampai diadakannya Pemilihan Kepala Desa Definitif.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan, Nomor 1062/XII/1998 maka Pada Hari Selasa, 9 Februari 1999 Meresmikan Desa Persiapan Menjadi Desa Bonto Jai. Pada Tahun 2000, Desa Bonto Jai menggelar Pesta Demokrasi yang pertama, Drs. M. SYAHRUL TAHIR SILA kembali terpilih sebagai Kepala Desa Bonto Jai untuk Periode 2000 – 2005. Kemudian di tanggal 5 Februari 2005 diadakan pemilihan Kepala Desa yang kedua kalinya, pada saat itu sebagai kepala Desa terpilih adalah MUHAMMAD SALEH IBRAHIM Periode 2005 – 2011. Pada Tahun 2011 Desa Bonto Jai kembali di Pimpin oleh MUHAMMAD SALEH IBRAHIM yang kedua kalinya untuk masa periode 2011 – 2017.
Pada Akhir Tahun 2017, Desa Bonto Jai kembali menggelar Pesta Demokrasi, serentak dilakukan di Kabupaten Bantaeng. Pesta Demokrasi ini, diikuti oleh 4 Orang Putra Terbaik Desa Bonto Jai yaitu Muhammad Saleh, Kr Liwang, Irwanto SE dan Amiluddin SE.
Pada Pilkades di Desa Bonto Jai yang ke – IV (Empat) ini, Mayoritas Masyarakat Desa Bonto Jai memilih Amiluddin, SE sebagai Pemimpin Desa Bonto Jai untuk Periode 2017 – 2023. Di awal pemerintahannya, Beliau Memekarkan Wilayah Dusun, dari dua Dusun Menjadi Tiga Dusun Yaitu Dusun Tino, Dusun Mattoangin dan Dusun Pati. Dengan sebuah harapan, lebih mendekatkan dan mempermudah pelayanan Pemerintah Kepada Rakyatnya.